Laporan Penelitian Sosial
Tentang Sejarah
Bingin Kuning
Kelompok :
1(Satu)
Disusun oleh :
Doyosi Oktavianti
Joko Epando
Mushi yana
Reja Gusmadi
Surya Dermawa
Zela Nopita
Guru Pembimbing :
Sherly
Diski S.pd
SMAN 01
LEBONG SAKTI
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sumber
sejarah di Indonesia saat ini masih banyak yang bisa kita jumpai. Tradisi di
berbagai wilayah Indonesia juga berbeda-beda. Terutama di daerah Lebong sendiri
masih bisa kita jumpai tradisi leluhur nenek moyang dan kepercayaan yang masih
dipertahankan walaupun hidup di zaman modern yang kita juga rasakan saat ini. Dalam kehidupan
sehari-hari tanpa disadari masyarakat Lebong juga masih mempertahankan
kepercayaan nenek moyang seperti jika jatuh sakit setelah mengunjungi suatu
tempat masyarakat menyebutnya dengan “sapo” namun ada juga yang tak
menghiraukannya dan mencernanya dengan akal sehat. Walaupun begitu kita harus
bangga karena Lebong juga mempunyai tradisi dan kepercayaan yang masih di
pertahankan seperti di daerah Indonesia lainnya.
B. Rumusan Masalah:
1.
Mengapa di setiap akhir tahun di
adakan pembuangan apem di Bingin Kuning?
2.
Mengapa di sekitar lokasi terdapat
pasir Lebar?
C. Variabel :
1. Variabel Bebas: Sumber sejarah dan tradisi di Bingin Kuning.
2. Variabel terikat: Pembuangan apem
di akhir tahun .
3. Variabel Kontrol: Pasir Lebar di
sekitar tempat pembuangan apem
D. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui mengapa diadakan
ppembuangan apem di Bingin Kuning.
2.
Untuk mengetahui dampak tidak
diadakan pembuangan apem di Bingin Kuning.
3.
Untuk mengetahui mengapa ada Pasir
Lebar di Bingin Kuning.
4.
Untuk mengetahui selain sebagai
lokasi pembuangan apem apakah pohon Bingin Kuning juga untuk permohonan dan
permintaan.
BAB II
Penelaahan
Kepustakaan
A. Teori yang
mendasari
1. Keadaan tradisi masyarakat
Keadaan tradisi masyarakat di setiap daerah berbeda-beda dan
ada yang masih mempertahankan,namun ada juga yang tidak menghiraukantradisi itu
lagi. Tradisi (bahasa latin:Traditio,”diteruskan”) atau kebiasaan,dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah di lakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompk masyarakat,biasanya
dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yangpaling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang di teruskan dari generasi ke
generasi, baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini,
suatu tradisi dapat punah.
2)
Kepercayaan masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional bukan beraati masyarakat yang
tidak mengenal tulisan atau tidak mengikuti perkembangan zaman, namun
masyarakat tradisional itu adalah mereka yang masih mempercayai kepercayaan
yang di berikan oleh leluhur sebelum mereka. Di Lebong sendiri kepercayaan akan
tradisi nenek moyangnya masih melekat erat di kehidupan masyarakatnya seperti Kuburan
yang di anggap keramat, batu dan pohon
yang di anggap keramat serta tempat-tempat yang di anggap keramat
lainnya. Begitu juga di Bingin Kuning ada tempat yang di anggap keramat oleh
penduduk dan jika hendak kesana kita
harus mintak izin terlebih dahulu, jangan melakukan hal-hal yang aneh,dan
sebagainya. Pohon Bingin itu sendiri di percaya oleh masyarakat setempat
sebagai tempat untuk meminta permohonan(selain untuk tempat pembuangan apem)
dengan syarat membawa alat spiritual atau
sesajen, ada nazar (dan membawa ayam bingin/ayam yang seluruh tubuhnya
berwarna kuning keemasan) dan di sertai dengan niat yang baik.
3)Daerah
tempat tinggal
Manusia biasa bertempat tinggal di kota dan di desa.
Lebong merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bengkulu yang kehidupan
masyarakatnya adalah pedesaan yang masih asli dan penduduknya masih hidup
sederhana.
B. Ringkasan Dan
Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa tradisi kepercayaan
masyarakat yang tinggal dipedesaan lebih reaktif terhadap budaya-budaya leluhur
nenek moyangnya. Secara sedaerhana di Lebong sendiri kepercayaan akan tradisi
masih kuat. Misalnya pengaruh jika tidak
mengadakan pembuangan apem akaan menimbulkan marabahaya seperti kedatangan
harimau ke desa sekitar lokasi (Desa bungin dan desa Semelako). Maka dari itu
pembuangan apem diakhir tahun harus di adakan setiap tahun sekali.
C. Hipotesis
1] H1: Adanya pengaruh jika tidak
mengadakan pembuangan apem.
2] H0: Tidak adanya pengaruh jika tidak
menggadakan pembuangan apem.
BAB III
Metode
Penelitian
A.
Pemilihan subjek
a. Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah penduduk desa bungin.
b. Sampel
Sampel
merupakan bagian dari populasi dan mewakili populasi sebagai subjek penelitian.
Jumlah sampel dalam penelitian ini 1 orang dalam objek penelitiannya adalah
sumber sejarah bingin kuning.
B.
Teknik pengumpulan data
Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang kami pakai adalah metode wawancara.
BAB IV
Pelaksanaan
penelitian
A.
Pengumpulan data wawancara
Orang
yang menjadi narasumber kami adalah laki-laki parubaya barnama Karno, umurnya 85
tahun, pekerjaannya petani, alamat Desa Talang Leak. Pendapat yang telah kami dapatkan yaitu;
Sekitar tahun 1950-an terjadi banjir yang sangat besar yang menenggelamkan area
persawahan dan tempat tinggal penduduk.kemudian,pada tahun 1980-an dibangunlah
sebuah tanggul (sekarang digunakan untuk jalan ke desa semelako ) yang katanya
jika tanggul itu tidak dibangun maka masyarakat Desa Bungin, Semelako, Talang Leak, Ujung Tanjung dan desa Limauupit tidak bertani
lagi seperti sekarang ini. Bekas dari banjir itulah yang sekarang di sebut
dengan Pasir Lebar dan disana jugalah terdapat aliran anak sungai dari
pegunungan. Masyarakat setempat biasa menyebutkannya dengan Air Bunga
(Belerang).
Dan
sekitar Pasir Lebar terdapat pohon keramat biasa di sebut dengan pohon Bingin.
Pohon Bingin itu di gunakan sebagai tempat lokasi untuk pembuangan apem itu sendiri di adakan
setahun sekali tepatnya pada akhir tahun. Selain untuk tempat di percayakan
para warga sebagai tempat permohonan (misalnya untuk jabatan) syaratnya adalah
dengan membawa sesajen seperti membakar
kemenyan, ada niat yang baik, serta dengan nazar.
Proses
pembuangan itu sendiri dengan membawa bahan sesajen lainnya ke lokasi. Setelah
sampai ke lokasi apem itu didoakan terlebih dahulu dan di bagikan kepada
orang-orang yang menyaksikan tradisi tersebut. Dan yang ikut dalam pembuangan
apem ini adalah Ketua adat, tokoh, masyarakat dan lain-lain, yang ingin
menyaksikan proses pembuangan apem itu sendiri. Dalam pembuangan apem ini ada
lima desa yang ikut serta adalah Desa Semelako, Bungin, Pelabuhan, Pungguk
Pedaro, dan Karang Dapo.
Tradisi
pembuangan apem ini harus di lakukan setiap akhir tahun jika tidak masyarakat
setempat akan di datangi harimau yang akan masuk ke desa mereka terutama di
desa Semelako.
BAB
V
Penutup
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang kami lakukan, bisa ditarik kesimpulan bahwa masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi itu masih mempercayai sebuah kepercayaan yang di
turunkan oleh nenek moyang mereka.
B.
Saran
Suatu
anugerah dari Allah Swt yang telah di berikan kepada kita semua yang
senantiasa harus kita rawat dan jaga
selalu. Dengan hal itu, kita dapat meringankan beban pemerintah, jika kita
dapat merasakannya mengapa anak cucu kita tidak dapat merasakannya.
Oleh karena itu,
kitalah yang harus memelihara aspek tersebut sebagai identitas budaya kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar