Rabu, 13 Juli 2016

Laporan Penelitian Sosial Tentang Sejarah Bingin Kuning

Laporan Penelitian Sosial
Tentang Sejarah Bingin Kuning

Kelompok : 1(Satu)

Disusun oleh :
Doyosi Oktavianti
Joko Epando
Mushi yana
Reja Gusmadi
Surya Dermawa
Zela Nopita

Guru Pembimbing :
Sherly Diski S.pd


SMAN 01 LEBONG SAKTI



BAB I
Pendahuluan
      A.      Latar Belakang
Sumber sejarah di Indonesia saat ini masih banyak yang bisa kita jumpai. Tradisi di berbagai wilayah Indonesia juga berbeda-beda. Terutama di daerah Lebong sendiri masih bisa kita jumpai tradisi leluhur nenek moyang dan kepercayaan yang masih dipertahankan walaupun hidup di zaman modern yang  kita juga rasakan saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari masyarakat Lebong juga masih mempertahankan kepercayaan nenek moyang seperti jika jatuh sakit setelah mengunjungi suatu tempat masyarakat menyebutnya dengan “sapo” namun ada juga yang tak menghiraukannya dan mencernanya dengan akal sehat. Walaupun begitu kita harus bangga karena Lebong juga mempunyai tradisi dan kepercayaan yang masih di pertahankan seperti di daerah Indonesia lainnya.

       B.      Rumusan Masalah:
1.       Mengapa di setiap akhir tahun di adakan pembuangan apem di Bingin Kuning?
2.       Mengapa di sekitar lokasi terdapat pasir Lebar?

        C.      Variabel :
1.         Variabel Bebas: Sumber  sejarah dan tradisi di Bingin Kuning.
2.         Variabel terikat: Pembuangan apem di akhir tahun .
3.         Variabel Kontrol: Pasir Lebar di sekitar tempat pembuangan apem

       D.      Tujuan Penelitian
1.       Untuk mengetahui mengapa diadakan ppembuangan apem di Bingin Kuning.
2.       Untuk mengetahui dampak tidak diadakan pembuangan apem di Bingin Kuning.
3.       Untuk mengetahui mengapa ada Pasir Lebar di Bingin Kuning.
4.       Untuk mengetahui selain sebagai lokasi pembuangan apem apakah pohon Bingin Kuning juga untuk permohonan dan permintaan.



BAB II
Penelaahan  Kepustakaan

A. Teori yang mendasari
 1. Keadaan tradisi masyarakat 
Keadaan tradisi masyarakat di setiap daerah berbeda-beda dan ada yang masih mempertahankan,namun ada juga yang tidak menghiraukantradisi itu lagi. Tradisi (bahasa latin:Traditio,”diteruskan”) atau kebiasaan,dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah di lakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompk masyarakat,biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yangpaling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang di teruskan dari generasi ke generasi, baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
2) Kepercayaan masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional bukan beraati masyarakat yang tidak mengenal tulisan atau tidak mengikuti perkembangan zaman, namun masyarakat tradisional itu adalah mereka yang masih mempercayai kepercayaan yang di berikan oleh leluhur sebelum mereka. Di Lebong sendiri kepercayaan akan tradisi nenek moyangnya masih melekat erat di kehidupan masyarakatnya seperti Kuburan yang di anggap keramat, batu dan pohon  yang di anggap keramat serta tempat-tempat yang di anggap keramat lainnya. Begitu juga di Bingin Kuning ada tempat yang di anggap keramat oleh penduduk dan jika  hendak kesana kita harus mintak izin terlebih dahulu, jangan melakukan hal-hal yang aneh,dan sebagainya. Pohon Bingin itu sendiri di percaya oleh masyarakat setempat sebagai tempat untuk meminta permohonan(selain untuk tempat pembuangan apem) dengan syarat membawa alat spiritual atau  sesajen, ada nazar (dan membawa ayam bingin/ayam yang seluruh tubuhnya berwarna kuning keemasan) dan di sertai dengan niat yang baik.
3)Daerah tempat tinggal
Manusia biasa bertempat tinggal di kota dan di desa. Lebong merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bengkulu yang kehidupan masyarakatnya adalah pedesaan yang masih asli dan penduduknya masih hidup sederhana.


  
B. Ringkasan Dan Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan teori tersebut  dapat disimpulkan bahwa tradisi kepercayaan masyarakat yang tinggal dipedesaan lebih reaktif terhadap budaya-budaya leluhur nenek moyangnya. Secara sedaerhana di Lebong sendiri kepercayaan akan tradisi masih kuat. Misalnya  pengaruh jika tidak mengadakan pembuangan apem akaan menimbulkan marabahaya seperti kedatangan harimau ke desa sekitar lokasi (Desa bungin dan desa Semelako). Maka dari itu pembuangan apem diakhir tahun harus di adakan setiap tahun sekali.


C. Hipotesis
            1] H1: Adanya pengaruh jika tidak mengadakan pembuangan apem.
            2] H0: Tidak adanya pengaruh jika tidak menggadakan pembuangan apem.                  





BAB III
Metode Penelitian
       
        A.      Pemilihan subjek
a.       Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk desa bungin.
b.      Sampel
      Sampel merupakan bagian dari populasi dan mewakili populasi sebagai subjek penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini 1 orang dalam objek penelitiannya adalah sumber sejarah bingin kuning.

         B.      Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang kami pakai adalah metode wawancara.



BAB IV
Pelaksanaan penelitian

           A.      Pengumpulan data wawancara
Orang yang menjadi narasumber kami adalah  laki-laki parubaya barnama Karno, umurnya 85 tahun, pekerjaannya petani, alamat Desa Talang Leak. Pendapat yang telah kami dapatkan yaitu; Sekitar tahun 1950-an terjadi banjir yang sangat besar yang menenggelamkan area persawahan dan tempat tinggal penduduk.kemudian,pada tahun 1980-an dibangunlah sebuah tanggul (sekarang digunakan untuk jalan ke desa semelako ) yang katanya jika tanggul itu tidak dibangun maka masyarakat Desa  Bungin, Semelako, Talang Leak, Ujung Tanjung  dan desa Limauupit tidak bertani lagi seperti sekarang ini. Bekas dari banjir itulah yang sekarang di sebut dengan Pasir Lebar dan disana jugalah terdapat aliran anak sungai dari pegunungan. Masyarakat setempat biasa menyebutkannya dengan Air Bunga (Belerang).
Dan sekitar Pasir Lebar terdapat pohon keramat biasa di sebut dengan pohon Bingin. Pohon Bingin itu di gunakan sebagai tempat lokasi  untuk pembuangan apem itu sendiri di adakan setahun sekali tepatnya pada akhir tahun. Selain untuk tempat di percayakan para warga sebagai tempat permohonan (misalnya untuk jabatan) syaratnya adalah dengan membawa sesajen seperti  membakar kemenyan, ada niat yang baik, serta dengan nazar.
Proses pembuangan itu sendiri dengan membawa bahan sesajen lainnya ke lokasi. Setelah sampai ke lokasi apem itu didoakan terlebih dahulu dan di bagikan kepada orang-orang yang menyaksikan tradisi tersebut. Dan yang ikut dalam pembuangan apem ini adalah Ketua adat, tokoh, masyarakat dan lain-lain, yang ingin menyaksikan proses pembuangan apem itu sendiri. Dalam pembuangan apem ini ada lima desa yang ikut serta adalah Desa Semelako, Bungin, Pelabuhan, Pungguk Pedaro, dan Karang Dapo.
Tradisi pembuangan apem ini harus di lakukan setiap akhir tahun jika tidak masyarakat setempat akan di datangi harimau yang akan masuk ke desa mereka terutama di desa Semelako.


  


                                               BAB V     
Penutup
           A.      Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, bisa ditarik kesimpulan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi itu masih mempercayai sebuah kepercayaan yang di turunkan oleh nenek moyang mereka.

           B.      Saran
Suatu anugerah dari Allah Swt yang telah di berikan kepada kita semua yang senantiasa  harus kita rawat dan jaga selalu. Dengan hal itu, kita dapat meringankan beban pemerintah, jika kita dapat merasakannya mengapa anak cucu kita tidak dapat merasakannya.
Oleh karena itu, kitalah yang harus memelihara aspek tersebut sebagai identitas budaya kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar